.......................................................
........................................................
Ada beberapa ciri kalimat efektif:
1. Kalimatnya pendek
Jumlah kata dalam satu kalimat bisa menjadi tolok ukur sebuah kalimat efektif atau tidak. Penelitian di Amerika menunjukkan, dengan delapan kata atau kurang, kalimat sangat mudah dipahami, dengan 11 kata mudah dipahami, sementara dengan 14 kata agak mudah dipahami. Standar kalimat adalah 17 kata. di atas itu, misalnya 21 kata, agak sulit dipahami, apalagi sampai 29 kata.
Perhatikan 2 contoh kalimat di bawah ini:
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kinerja Bank Mandiri meningkat signifikan. Salah satunya dilihat dari perolehan laba yang meningkat.
(kalimat terdiri atas 11 kata dan 8 kata)
Sedikitnya 87 guru pendidikan anak usia dini (PAUD) nonformal, tergabung dalam himpunan pendidikan dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Batang dilatih mengajar melalui pendekatan beyond centers and circle time (BCCT) alias pendekatan sentra dan saat lingkaran.
(kalimat terdiri atas 38 kata)
Dari kedua contoh kalimat di atas, terasa jelas bahwa kalimat pada contoh pertama lebih mudah dimengerti dan lebih jelas, karena kalimatnya lebih pendek.
2. Tidak bermakna ganda (ambigu)
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
Saya memiliki buku sejarah demokrasi baru.
Kalimat di atas bermakna ganda, karena bisa bermakna buku baru, sejarah baru, dan demokrasi baru.
Guna menghindari makna ganda, maka kalimat tersebut bisa diubah sebagai berikut:
Saya memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
Saya memiliki buku tentang sejarah baru demokrasi.
Saya memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
3. Tidak berlebihan
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah. Kalimat-kalimat tersebut berlebihan, di antaranya karena menggunakan dua kata yang bersinonim secara bersamaan.
Kita perlu menjaga kesehatan agar supaya terhindar dari penyakit.
Semarang adalah merupakan kota terbesar di Jawa Tengah.
Banyak buah mengandung vitamin C, seperti misalnya jeruk.
Kita rela berjuang demi untuk menjaga martabat bangsa.
Kandidat calon wali kota Mahfudz Ali.
Petani melakukan penyemprotan tanamannya.
Peningkatan penjualan terasa sejak awal Januari lalu dan penjualannya sangat laris.
Kanguru berjumlah empat ekor itu semula berada di Gua Lawa.
4. Pararel/sejajar
Perhatikan contoh judul berita di bawah ini.
Calo Tiket, Dibenci tapi Butuh
Judul tersebut susah dipahami. Hal ini disebabkan kalimat yang tidak pararel. Perhatikan kata Dibenci (pasif) dan Butuh (aktif).
1. Kalimatnya pendek
Jumlah kata dalam satu kalimat bisa menjadi tolok ukur sebuah kalimat efektif atau tidak. Penelitian di Amerika menunjukkan, dengan delapan kata atau kurang, kalimat sangat mudah dipahami, dengan 11 kata mudah dipahami, sementara dengan 14 kata agak mudah dipahami. Standar kalimat adalah 17 kata. di atas itu, misalnya 21 kata, agak sulit dipahami, apalagi sampai 29 kata.
Perhatikan 2 contoh kalimat di bawah ini:
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kinerja Bank Mandiri meningkat signifikan. Salah satunya dilihat dari perolehan laba yang meningkat.
(kalimat terdiri atas 11 kata dan 8 kata)
Sedikitnya 87 guru pendidikan anak usia dini (PAUD) nonformal, tergabung dalam himpunan pendidikan dan tenaga kependidikan anak usia dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Batang dilatih mengajar melalui pendekatan beyond centers and circle time (BCCT) alias pendekatan sentra dan saat lingkaran.
(kalimat terdiri atas 38 kata)
Dari kedua contoh kalimat di atas, terasa jelas bahwa kalimat pada contoh pertama lebih mudah dimengerti dan lebih jelas, karena kalimatnya lebih pendek.
2. Tidak bermakna ganda (ambigu)
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
Saya memiliki buku sejarah demokrasi baru.
Kalimat di atas bermakna ganda, karena bisa bermakna buku baru, sejarah baru, dan demokrasi baru.
Guna menghindari makna ganda, maka kalimat tersebut bisa diubah sebagai berikut:
Saya memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
Saya memiliki buku tentang sejarah baru demokrasi.
Saya memiliki buku sejarah tentang demokrasi yang baru.
3. Tidak berlebihan
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah. Kalimat-kalimat tersebut berlebihan, di antaranya karena menggunakan dua kata yang bersinonim secara bersamaan.
Kita perlu menjaga kesehatan agar supaya terhindar dari penyakit.
Semarang adalah merupakan kota terbesar di Jawa Tengah.
Banyak buah mengandung vitamin C, seperti misalnya jeruk.
Kita rela berjuang demi untuk menjaga martabat bangsa.
Kandidat calon wali kota Mahfudz Ali.
Petani melakukan penyemprotan tanamannya.
Peningkatan penjualan terasa sejak awal Januari lalu dan penjualannya sangat laris.
Kanguru berjumlah empat ekor itu semula berada di Gua Lawa.
4. Pararel/sejajar
Perhatikan contoh judul berita di bawah ini.
Calo Tiket, Dibenci tapi Butuh
Judul tersebut susah dipahami. Hal ini disebabkan kalimat yang tidak pararel. Perhatikan kata Dibenci (pasif) dan Butuh (aktif).
Judul tersebut akan mudah dipahami manakala diubah menjadi:
Calo Tiket, Dibenci tapi Dibutuhkan
Calo Tiket, Dibenci tapi Dibutuhkan
Contoh lain:
Saya bukan seorang wartawan, melainkan bekerja di rumah sakit (tidak pararel)
Saya bukan seorang wartawan, melainkan seorang dokter (pararel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar